oleh: KH.BACHTIAR AHMAD
=======================
Dalam Al-Quran terdapat kurang lebih 200 ayat yang khusus membicarakan dan menjelaskan segala hal yang berkaitan dengan masalah “zalim” atau “kezaliman”, suatu perkara yang sangat dibenci oleh Allah SWT sebagaimana yang tersurat dalam salah satu firman-NYA:
“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, maka Allah akan memberikan kepada merekadengan sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan Allah sangat benci kepada orang-orang yang zalim.” (Q.S.Ali ‘Imraan: 57)
Secara umum makna kata “zalim” yang kita kenal adalah segala sesuatu perbuatan jahat ataupun berbuat aniaya; baik kepada orang lain maupun kepada diri sendiri dan makhluk lainnya.
Sedangkan menurut syariat (agama Islam) yang mengacu pada firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 229 yang berbunyi: “Dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang yang zalim”; maka makna “zalim” yang didefinisikan oleh para ulama mendefinisikan adalah:
“Segala sesuatu tindakan atau perbuatan yang melampaui batas, yang tidak lagi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Baik dengan cara menambah ataupun mengurangi hal-hal yang berkaitan dengan waktu; tempat atau letak maupun sifat dari perbuatan-perbuatan yang melampaui batas tersebut. Dan itu berlaku untuk masalah-masalah yang berkaitan dengan ibadah (hablum-minallah), maupun hubungan kemanusiaan dan alam semesta (hablum-minannaas). Entah itu dalam skala kecil maupun besar, tampak ataupun tersembunyi.”
Dan oleh karena Allah SWT juga menyandingkan kata kezaliman dengan kebodohan sebagaimana firman-NYA dalam surah Al-Ahzab ayat 72: “Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”; maka dalam pandangan agama orang-orang zalim tersebut sesungguhnya dipandang sebagai orang yang bodoh. Dalam hal ini semakin zalim dirinya, maka semakin tinggilah kebodohannya. Sekalipun secara lahiriah ia memiliki pendidikan yang tinggi, gelar yang banyak maupun jabatan; kedudukan dan kekuasaan yang dipandang hormat oleh orang lain.
Dalam catatan yang ringkas ini kita tidak mungkin dapat menguraikan satu persatu bentuk kezaliman dan kebodohan yang telah dilakukan umat manusia. Akan tetapi dengan memperhatikan dan memahami apa-apa yang telah difirmankan Allah SWT di dalam Al-Quran, maka diantara bentuk perbuatan zalim yang sangat dibenci dan yang dmurkai Allah SWT antara lain adalah:
Mempersekutukan Allah; Mendustakan Allah; Menyembunyikan kebenaran; Menyalahi janji; Orang-orang yang fasik; Menyalah gunakan jabatan dan amanah yang diberikan; Orang-orang beriman yang mengikuti perilaku dan keinginan orang kafir; Orang yang mengingkari Rasulullah SAW serta perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum lainnya, yang telah ditetapkan oleh Allah.
Disamping apa yang telah dijelaskan di atas, maka Syaikh Yusuf Qardhawi dalam Al-Ijtihad menjelaskan; pelanggaran atas peraturan kehidupan bermasyarakat dan berbangsa yang telah disepakati sebelumnya, selama peraturan itu tidak bertentangan dengan hukum-hukum Allah dan rasul-Nya; adalah juga merupakan tindakan zalim yang menunjukkan seseorang pada kebodohan dirinya.
Berkaitan dengan hal ihwal yang berkaitan dengan “kezaliman”, maka satu hal yang patut dipahami dan diyakini adalah; Bahwa segala keburukan dan kemudaharatan yang ditimpakan Allah kepada manusia akibat dari kezaliman yang mereka perbuat; Hal itu bukanlah perbuatan atau tidakan “zalim” Allah kepada makhluk-Nya. Segala keburukan dan kemudharatan tersebut semata-mata ber-sumber keserakahan dan kebodohan manusia itu sendiri, yang secara tegas telah dinyatakan Allah dengan firman-NYA:
“Sesungguhnya Allah tidaklah berbuat zalim kepada manusia barang sedikitpun, akan tetapi manusia itu sendirilah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri. “ (Q.S. Yunus: 44)
Kondisi ini hendaklah benar-benar disadari, sebab siapa saja yang menampakkan kebodohannya dengan perbuatan zalim yang ia lakukan, maka Allah SWT tidak akan pernah mendapatkan pertolongan dan perlindungan dari Allah SWT sebagaimana firman-NYA:
“Dan bagi orang-orang yang zalim itu tidak ada bagi mereka seorang pelindungpun dan tidak pula seorang penolong baginya.” (Q.S.As-Syura : 8)
Mudah-mudahan catatan pendek ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya dalam upaya meningkatkan ketaatan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Wallahua’lam.
Bagansiapiapi, 7 Jumadil Awal 1433 H / 30 Maret 2012.
KH.BACHTIAR AHMAD
No comments:
Post a Comment